Critical Book Report
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Multikultural
Dosen
Pengampu :Haidir Lubis, M.Pd
Disusun Oleh:
Ika Nurhasanah (0301162204)
Pendidikan Agama Islam-2
Semester VII
Pendidikan
Agama Islam
Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara
Medan
2019
Kata
Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report
sebagai tugas individu mata kuliah Pendidikan Multikultural. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. semoga kita mendapatkan
syafaat nya di akhir kelak, Aamiin.
Di sini saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Haidir Lubis, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Multikultural. Serta saya ucapkan
terimakasih kepada keluarga dan rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dan
do’a sehingga saya mampu menyelesaikan tugas ini dengan lancar dan tanpa halangan
apapun.
Dalam penyusunan tugas ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan,
untuk itu saya mohon kritik dan saran demi perbaikan. Semoga penyusunan
Critical Book Report ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan
pengetahuan serta wawasan.
Medan, 12 Juni 2019
Ika Nurhasanah
A.
Identitas Buku
Judul Buku :Pendidikan Multikultural
Penulis :Haidir
Lubis, M.Pd dan Faqih Hakim Hasibua, M.Pd
Penerbit :Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara
Tahun Terbit :2012
Tebal Buku :i+142 halaman
ISBN :-
B. Ringkasan Buku
Buku yang berjudul Pendidikan
Multikultural yang ditulis oleh Haidir Lubis, M.Pd dan Faqih Hakim Hasibua,
M.Pd terdiri dari XVII bab meliputi:
BAB I Perbedaan Pluralisme Dan Multikulturalisme
Pluralisme adalah paham yang
memberikan ruang yang nyaman bagi paradigma perbedaan sebagai salah satu entitas
mendasar kemanusiaan seorang manusia. Adapun multikulturalisme adalah sebuah
ideologi yang mengagungkan perbedaan kultur atau sebuah keyakinan yang mengakui
pluralisme kultur sebagai corak kehidupan masyarakat.
BAB II Perjalanan
Multikulturalisme di Indonesia, Model Kebijakan Multikultural, Model-Model Multikulturalisme
dan Multikulturalisme Menjadi Masalah
Perjalanan Multikulturalisme di
Indonesia dimulai dengan paham sukuisme, sumpah pemuda pada tahun 1928, dan
paham ideologi. Adapun model-model multikulturalisme yakni multikulturalisme
isolasionis, multikulturalisme akomodatif, multikulturalisme otonomis,
multikulturalisme kritikal atau interaktif, dan multikulturalisme kosmopolitan.
Sedangkan
model kebijakan multikultural yakni model yang mengedepankan nasionalitas,
model nasionalitas etnik, dan model multikultural etnik. Terdapat permasalahan
antara multikultural diantaranya masalah kesetaraan gender, masalah kesetaraan
bangsa dan ras, masalah ideologi dan politik, masalah kesenjangan ekonomi dan
sosial.
BAB III Pendidikan dan Masyarakat Multikultural
Keberadaan sistem dan praktik
pendidikan merupakan syarat mewujudkan masyarakat yang semokratis. Mewujudkan
pendidikan yang demokratis memerlukan beberapa prasyaratan pokok diantaranya
praktik pendidikan senantiasa menekankan pada kesetaraan dan keadilan, proses
pembelajaran dijauhkan dari sifat bias dan stereotip khususnya pada pendiidkan
jenjang awal, proses pembelajaran harus berujung pada pengembangan kemampuan
kultur pada diri siswa.
BAB IV Latar Belakang Lahirnya Pendidikan
Multikultural di Amerika Serikat dan Indonesia
latar belakang lahirnya pendidikan multikultural di Amerika Serikat
diawali dengan budaya WASP dimana kebudayaan didominasi oleh kaum imigran putih
dengan budaya WASPI yaitu kebudayaan putih(white), dari bangsa
Anglo-Saxon (yang berbahasa Inggris) dan beragama protestan. Nilai-nilai
WASP inilah yang menguasai mainsterm kebudayaan di Amerika Serikat. Pendidikan
multikultural di Amerika Serikat telah terlaksana khususnya dalam upaya
menghilangkan diskriminasi antara kulit putih dan hitam. Ide pendidikan
multikulturalisme lahirmya menjadi komitmen global sebagaimana direkomendasikan
UNESCO pada bulan Oktober 1945 di Jenewa.
Latar
beakang lahirnya Pendidikan Multikultural di Indonesia berawal dari
perkembangannya gagasan dan kesadaran tentang intelektualisme sesuai dengan
perang dunia ke II. Dalam konteks Indonesia, perbicangan tentang konsep
pendidikan multikultular memperoleh momentum pasca runtuhnya rezim otoriter
militeristik orde baru karena hempasan badai reformasi.
BAB V Pengertian Pendidikan Multikultural, Pentingnya
Pendidikan Multikultural dan Asumsi Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural menurut Adreson dan Cusher bahwa pendidikan
multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan.
Sedangkan pentingnya pendidikan multikultural tertera dalam Undang-Undang No.20
Tahun 2003 pasal 4 yang menyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis, tidak deskriminatif dengan menjunjung HAM, nilai keagamaan, nilai
kultular dan kemajemukan bangsa.”
Sedangkan
asumsi pendidikan multikultural yakni semua siswa berhak mendapatkan pelayanan
terbaik, pendidikan sesuai dengan isi kurikulum, ketimpangan kualitas dalam
memperoleh kesempatan, ketidaksetaraan secara keseluruhan terjadi di sekolah.
BAB VI Landasan, Tujuan dan Karakteristik
Pendidikan Multikultural
Ladasan pendidikan multikultural terletak dalam undang-undang No.20
Tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangna potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Adapun tujuan dan Karakteristik
Pendidikan Multikultural yang dapat diidentifikasi yakni pada tingkat
attitudinal, pada tingkat kognitif, dan pada tingkat instruksional.
BAB VII Bangunan Paradigma, Persfektif, Dimensi,
Komponen-Komponen Pendidikan Multikultural
Paradigma pendidikan multikultural diharapkan dapat menghapus sterotip,
sikap dan pandangan egoistik, indvidualistik dan eksklusif dikalangan peserta
didik. Persfektif tujuan pendiidkan multikultural dapat dilihat dari persfektif
cultular assimilation, persfektif cultular pluralisme, persfektif
cultular synthesis. Dapat dilihat dari dimensi pendidikan multikultural
menurut James Bank; concet integration, the knowlage construction process,
an equaty paedagogy, prejudice reduction. Selain itu, terdapat komponen-komponen
pendidikan multikultural seperti gender, suku, agama, sosial, masyarakat urban
atau masyarakat kota.
BAB VIII Sasaran, Upaya Meningkatkan Kesadaran
Multikultural, dan Prinsip Pendidikan Multikultural
Sasaran pendidikan multikultural yang dapat dikembangkan pada sasaran
siswa yakni pengembangan identitas kultular, hubungan interpersonal, dan
memperdayakan diri sendiri. Selain itu, upaya meningkatkan kesadaran
multikultural dengan mengembangkan keterampilan di dalam tindakan sosial, dan
mengembangkan sikap saling pengertian.
BAB IX Pendekatan dan Model-Model Pendidikan
Multikulturaliisme
Pendekatan dalam pendidikan multikultural dapat dilihat dari pendekatan
membawa kesekolah, pendekatan menambah isi dan materi pembelajaran, pendekatan
transformatif, dan pendekatan aksi siswa.
BAB X Implementasi Tahapan Perubahan Dalam Proses
Pembelajaran Multikultural
Tahapan
dalam implementasi tahapan pendidikan multikultural tebagi menjadi 5 tahap
yakni; contect integration, the knowloge, pengurangan sifat dan perilaku
predujice, equity, terkontruksi struktur dan kultur sekolah.
BAB XI Model Pembelajaran Multikultural
Pembelajaran multikultral adalah kebijakan dalam praktik pendidikan
dalam mengakui menerima dan mencegah perbedaan dan persamaan manusia yang
dikaitkan dengan gender dan kelas.
BAB XII Kompetensi Peran Guru dalam Pembelajaran
Multikultural
Kompetensi
peran guru dalam pembelajaran multikultural dapat dilihat dari pendapat Farid
Elashwi dan Philip P. Haris yakni seorang guru harus memiliki nilai dan
hubungan sosial yang luas, terbuka dan fleksibel dalam mengelola keragaman
siswa, siap menerima perbedaan disiplin ilmu latar belakang ras dan gender,
memfasilitasi pendatang baru dan siswa yang minioritas, mau berkolaborasi dan
koalisi dengan pihak manapun, berorientasi pada program dan masa depan.
BAB XIII Nilai-Nilai dan Tema dalam Pendidikan
Multikultural
Nilai-nilai dalam pendidikan multikultural dapat diuraikan dalam
definisi menurut Farida Hanum diantaranya; nilai demokrasi, nilai humanisme,
dan nilai pluralisme. Sedangkan tema dalam pendidikan multikultural di
Indonesia yakni tema ketuhanan, tema kemanusiaan, tema persahabatan dan
kesatuan, tema kerakyatan, dan tema keadilan.
BAB XIV Manfaat Implikasi dan Tantangan Pendidikan
Multikultural
Manfaat pendidikan multikulturalisme bagi peserta didik dapat memberikan
kepada peserta didik bahwa perbedaan itu adalah wajar, menghormati perbedaan
etnik, budaya, agama yang enjadikan kekayaan budaya bangsa, persamaan dan
keadilan untuk setiap suku, agama dan etnis. Terdapat tiga tantangan dalam
melaksanakan pendidikan multikltural yakni agama, suku, bangsa dan tradisi,
kepercayaan, dan toleransi.
BAB XV Reorientasi Pendidikan Berbasis
Multikultural
Upaya revitalisasi kurikulum dalam mengakomodasi multikultural hendaknya
mengidentifikasi yang berkaitan dengan hal-hal faktor sosial budaya, dan
mengidentifikasi nilai-nilai yang sepatutnya serta memandang kebinekaan budaya
menjadi bagian intergal proses pendidikan pada semua jenis, jenjang dan jalur
pendidikan. Terdapat penerapan empat pilar proses pembelajaran yang dirancang
UNESCO melalui the international commission on education for the twenty
century, yang dipimpin oleh Jacques Delors, menyimpulkan bahwa untuk
memasuki abad ke-21 pendidikan perlu berawal dari empat pilar diantaranya lerning
to know, learning to di, learning to do, and learning to live together.
BAB XVI Demokrasi Bagi Masyarakat Multikultural
Pendidikan merupakan komponen penting dalam setiap masyarakat. Terlebih
bagi suatu masyarakat yang demokratis. Terdapat suatu kaitan lagsung anatara
pendidikan dan nilai-nilai demokrasi. Pada masyarakat demokrasi, isi dan
pendidikan mendukung kebiasaan pemerintah yang demokratis. Pendidikan
mentransfer nilai-nilai dan praktik demokrasi dalam proses pendidikan baik pada
level kelas maupun pada level sekolah.
BAB XVI Multikulturalisme dan Perubahan Sosial
Program multikuturalisme
ternyata telah merambah sebagai bagian
dari perubahan sosial. Didalam sumber vertikal dan horizontal terdapat empat
strategi perubahan sosial yaitu strategi liberal, strategi terpimpin, strategi
konservatif dan strategi mengatasi konflik.
C. Kekhasan
Buku
Adapun kekhasan buku ini diantaranya:
a.
Buku ini
ditulis berdasarkan pendapat beberapa ahli dan kemudian penulis menulis
argumennya sendiri.
b.
Buku ini
menonjol kepada penjelasan metode yang dijelaskan secara rinci.
c.
buku ini
berisikan infomasi tambahan bagi para pembacaanya dengan menyajikan infomasi
seperti hasil konfersi yang dilakukan oleh UNESCO
D. Kelebihan
dan Kekurangan Buku
1. Kelebihan
Buku
a.
Buku ini
memiliki tampilan sampul yang cukup menarik, sehingga menarik perhatian untuk
membaca isinya.
b.
Penulisan di
dalam buku ini menggunakan bahasa EYD.
c.
Materi yang
dijelaskan secara runtut sehingga tampak keterkaitan yang jelas antara materi
bab berikutnya dengan bab sebelumnya.
d.
Buku ini
dilengkapi dengan istilah, beberapa istilah tersebut ditulis dengan cetak
miring.
2. Kekurangan
Buku
a. Penulis tidak mencantumkan foot note
dalam bukunya.
b. Pada bagian isi penulis kurang menjelaskan
secara mendalam.
c. Kurangnya sumber rujukan yang digunakan dalam
sebuah buku.
E. Rekomendasi
Buku ini sangat cocok sebagai
rujukan untuk mahasiswa sebagai kajian dalam pembelajaran, khususnya dalam
pembelajaran pendidikan multikultural.
F. Simpulan
Dari penjelasan di atas dapat
di simpulkan bahwa diantaranya:
1.
Buku ini
menjelaskan perbedaan pluralisme dan multikulturalisme, perjalanan
multikulturalisme di indonesia, model kebijakan multikultural, model-model
multikulturalisme dan multikulturalisme menjadi masalah, pendidikan dan
masyarakat multikultural, latar belakang lahirnya pendidikan multikultural di
amerika serikat dan indonesia, pengertian pendidikan multikultural, pentingnya
pendidikan multikultural dan asumsi pendidikan multikultural, landasan, tujuan
dan karakteristik pendidikan multikultural, bangunan paradigma, persfektif,
dimensi, komponen-komponen pendidikan multikultural, sasaran, upaya
meningkatkan kesadaran multikultural, dan prinsip pendidikan multikultural,
pendekatan dan model-model pendidikan multikulturaliisme, implementasi tahapan
perubahan dalam proses pembelajaran multikultural, model pembelajaran
multikultural, kompetensi peran guru dalam pembelajaran multikultural,
nilai-nilai dan tema dalam pendidikan multikultural, manfaat implikasi dan
tantangan pendidikan multikultural, reorientasi pendidikan berbasis multikultural,
demokrasi bagi masyarakat multikultural, multikulturalisme dan perubahan
sosial.
2.
Pendidikan multikulturalisme adalah proses penanaman cara hidup
menghormati, tulus, dan toleran terhadap keaneragaman budaya hidup ditengah
masyarakat yang plural.
3.
Buku ini
sangat cocok sebagai rujukan untuk mahasiswa sebagai kajian dalam pembelajaran,
khususnya dalam pembelajaran pendidikan multikultural.