Translate

Sunday, January 6, 2019

EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN~IKA~UINSU



EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Dedik, MA

Disusun Oleh Kelompok 5:
Ika Nurhasanah
Munirsyah Simatupang
Pendidikan Agama Islam-2
Semester V (Lima)

Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan
2018





Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Karena tanpa rahmat dan kasih sayang-Nya, kami tak akan dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya. Dan tak lupa, sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita, nabi agung Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Kebijakan Pendidikan pada semester V dengan mengangkat tema “Evaluasi Kebijakan Pendidikan” Diharapkan, tugas ini akan dapat membuka pengetahuan pembaca.
Kami ucapkan terima kasih kepada selaku dosen pengampu mata kuliah Kebijakan Pendidikan yang telah memberi kami kesempatan untuk memaparkan materi ini serta telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Juga, kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan terima kasih.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari adanya banyak kekurangan serta kesalahan yang bertebaran di dalamnya, maka kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun sehingga di kemudian hari akan menjadi lebih baik. Kami berharap bahwa makalah ini akan bermanfaat bagi pembacanya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

                            Medan, 12 Oktober 2018                                


Penyusun




DAFTAR ISI
                                                                                                                        Halaman
Kata Pengantar................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
    A.    Latar Belakang...................................................................................... 1
    B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1
    C.       Tujuan Penulis....................................................................................... 2
BAB II Evaluasi Kebijakan Pendidikan....................................................... 3
A.     Pengertian Evaluasi Kebijakan Pendidikan.......................................... 3
B.     Model-Model Evaluasi Kebijakan Pendidikan..................................... 5
C.     Kriteria Evaluasi Kebijakan Pendidikan............................................. 14
D.     Evaluasi Proses Kebijakan Pendidikan............................................... 15
E.  Permaslahan Dalam Evaluasi Kebijakan Pendidikan.......................... 16
BAB V PENUTUP....................................................................................... 17
A.   Kesimpulan......................................................................................... 17
B.   Saran................................................................................................... 18
Daftar Pustaka...............................................................................................19






BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sejarah evaluasi dimulai di Tiongkok (Cina) pada Tahun 2000 SM. Evaluasi dipergunakan untuk mengevaluasi para pegawai kerajaan. Pada abad ke-19 di Inggris sudah dibentuk Royal Commision yang bertugas mengevaluasi layanan publik. Di Indonesia evaluasi sudah dilaksanakan pada zaman penjajahan Belanda. Evaluasi ini dikenal dengan alat ukur yang ada kaitannya dengan ilmu-ilmu pengetahun.
Dalam melaksanakan suatu program, pastilah dibutuhkan evaluasi. Begitu pula dalam proses perumusan kebijakan pendidikan. Setelah proses formulasi hingga pelaksanaan kebijakan, barulah dilakukan evaluasi kebijakan. Pengadaan evaluasi ini burfungsi untuk mengetahui seberapa jauh program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan berjalan dan sebagai perbaikan untuk program yang selanjutnya.
Evaluasi yang dilakukan dalam kebijakan pendidikan merupakan proses akhir dari seluruh langkah-langkah untuk merumuskan kebijakan. Dalam melakukan proses terakhir ini terdapat beberapa model yang dapat digunakan dalam menilai hasil-hasil kebijakan. Model inilah yang menjadi langkah selanjutnya setelah melihat permasalahan yang ada dalam perumusan kebijakan.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan adanya sebuah kajian evaluasi kebijakan guna pembelajaran dan sebagai pengetahuan lebih mendalam untuk selanjutnya dapat diterapkan dalam sebuah proses penilaian. Oleh karena itu, dalam makalah ini, kami sebagai penulis akan memaparkan mengenai evaluasi kebijakan yang terfokus pada model, proses dan permasalahan saat evaluasi dalam ranah pendidikan.

B.       Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian Evaluasi Kebijakan Pendidikan?
   2. Apa saja model evaluasi kebijakan       pendidikan?
 3. Bagaimana kretria Evaluasi        Kebijakan pendidikan?
 4. Bagaimana evaluasi proses kebijakan pendidikan?
 5. Apa permasalahan dalam evaluasi  kebijakan pendidikan?

C.      Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat ditarik suatu tujuan penulis dianataranya adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian evaluasi kebijakan pendidikan
2.      Untuk mengetahui model evaluasi kebijakan pedidikan
3.      Untuk menegtahui kriteria evaluasi kebijakan pendidikan
4.      Untuk mengetahui evaluasi proses kebijakan pendidikan
5.      Untuk mengetahui permasalahan dalam evaluasi kebijakan pendidikan















BAB II
Evaluasi Kebijakan Pendidikan

A.           Pengertian Evaluasi Kebijakan Pendidikan
            Dari segi bahasa evaluasi berasal dari kata bahasa inggris “evaluation” yang diserap dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi” yang dapat diartikan memberikan penilian dengan membandingkan sesuatu hal dengan satuan tertententu sehingga bersifat kuantitatif.
            Pengertian evaluasi yang bersumber dari kamus Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata -kata yang terkandung dalam definisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertangung jawab, menggunakan strategi dan dapat dipertanggung jawabkan.[1]
            Menurut Gilbert Sax yang dikutip dalam buku Evaluasi pendidikan Islam karya Nurmawanti evaluasi adalah suatu proses menentukan keputusan tentang nilai yang didasarkan pada hasil berbagai pengamatan dari latar belakang orang yang mengevaluasi. Definisi tersebut lebih komperhensip karena evaluasi tersebut merupakan suatu proses menentukan keputusan tentang nilai dari sesuatu yang dinilai didasarkan pada hasil berbagai pengamatan dari latar belakang orang yang mengevaluasi.[2]
            Sedangkan pengertian kebijakan menurut Suharto kebijakan merupakan suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.[3]
          Menurut Samodra Wibawa, kebijakan adalah sebagai suatu sistem yang memiliki tiga buah komponen yang berinteraksi secara timbal balik. Tiga komponen tersebut yaitu pelaku kebijakan, lingkungan kebijakan dan kebijakan publik itu sendiri. Ketiga komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain. Komponen-komponen itu dapat dijelaskan secara rinci:

  1.      Pelaku kebijakan, yakni badan pemerintahan maupun orang atau lembaga nonpemerintah yang terlibat dalam pembuatan kebijakan. Mereka dapat mempengaruhi dan sekaligus terkena pengaruh darisuatu kebijakan.
 2.      Lingkungan kebijakan. Yang dimaksud dengan lingkungan bukannya orangorang atau lembaga yang berada di sekitar dan mempengaruhi pemerintah selaku penentu akhir suatu kebijakan (mereka ini semua termasuk dalam kotak pelaku/aktor kebijakan) melainkan lebih menunjuk kepada bidang-bidang kehidupan masyarakat yang dapat atau perlu dipengaruhi oleh pelaku kebijakan.
 3.       Kebijakan publik, yaitu serangkaian pilihan tindakan pemerintah untuk menjawab tantangan (atau memecahkan masalah) kehidupan masyarakat.[4]

Sedangkan pengertian kebijakan pendidikan merupakan terjemahan dari “Educational policy” yang tergabung dari kata educational dan policy. Yang bermakna bahwa kebijakan itu seperangkat aturan, sedangkan pendidikan menunjuk kepada bidangnya. Dengan demikian kebijakan pendidikan adalah kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Dari penjelasan diatas mengenai pengertian evaluasi, kebijakan, dan kebijakan pendidikan, maka kami menarik kesimpulan bahwa pengertian dari evaluasi kebijakan pendidikan adalah sebuah penilaian dan perbandingan yang dilakukan dengan hasil pengamatan secara terencana dan konsisten dalam tercapainya sebuah komponen kebijakan yaitu pelaku kebijakan, lingkungan kebijakan, dan kebijakan publik yang sesuai dengan ketetapan kebijakan  pemerintah dalam bidang pendidikan yang secara kuantitatif dan dapat dipertanggung jawabkan.

B.            Model Evaluasi Kebijakan Pendidikan
          Dalam evaluasi program juga dikenal berbagai macam model evaluasi program. Seperti yang dijelaskan oleh Wirawan yang dikutip dalam buku Firyal akbar, yang menjelaskan mengenai beberapa bentuk/model evaluasi yakni :
 1.  Model Evaluasi Berbasis Tujuan
Model Evaluasi Berbasis Tujuan dalam Bahasa Inggris disebut Goal Based Evaluation Model atau Objective Oriented Evaluation atau Objective-Referenced Evaluation Model atau Objective Oriented Approach atau Behavioral Objective Approach merupakan model evaluasi tertua dan dikembangkan oleh Ralph W Tyler. Ia mendefinisikan evaluasi sebagai "process of determining to what extent the educational objective are actually being realized yang artinya proses pemahaman sampai sejauh mana tujuan pendidikan benar-benar di wujudkan.
Model Evaluasi Berbasis Tujuan dirancang dan dilaksanakan dengan proses sebagai berikut :
1.     Mengidentifikasi Tujuan:  Mengidentifikasi dan mendefinisikan tujuan atau objektif intervensi, layanan dari program yang tercantum dalam rencana program. Objektif program kemudian dirumuskan dalam indikator-indikator kuantitas dan kualitas yang diukur.
2.    Merumuskan Tujuan: Menjadi Indikator-Indikator: Evaluator merumuskan tujuan program menjadi indikator-indikator kuantitatif dan kualitatif yang dapat diukur.
3.     Mengembangkan Metode Dan Instrumen Untuk menjaring Data: Evaluator menentukan apakah akan menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif atau campuran. Mengembangkan instrumen untuk menjaring data. Jenis instrumen tergantung pada metode yang dipergunakan.[5]
4.     Memastikan Program Telah Berakhir Dalam Mencapai Tujuan Layanan: Intervensi dari program telah dilaksanakan dan ada indikator mencapai pencapaian tujuan, pengaruh atau perubahan yang diharapkan.
5.    Menjaring Dan Menganalisis Data/Informasi Mengenai Indikator-Indikator Program: Menjaring dan menganalisis data/ mengenai semua indikator program dalam butir (2).
6.    Kesimpulan:  Mengukur hasil pencapaian program, atau pengaruh intervensi atau perubahan yang diharapkan dari pelaksanaan program dan membandingkan dengan objektif yang direncanakan dalam rencana program untuk menentukan apakah terjadi ketimpangan.

Gambar 1: proses model evaluasi berbasis tujuan[6]
Dapat disimpulkan bahwa model evaluasi berbasis tujuan ialah mengevaluasi suatu tujuan yang telah dirancang melalui proses identifikasi tujuan, perumusan tujuan, mengembangkan metode data dan instrumen data, serta suatu program yang berakhir dengan tercapainya tujuan layanan dan menganalisis data serta menarik kesimpulan dalam pendidikan.

  2.       Model Evaluasi Bebas Tujuan (Goal Free Evaluation Model)
 Dikemukakan oleh Michael Scriven pada tahn 1973,Scriven mengemukakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi program, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya (kinerja) suatu program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi (pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang tidak diharapkan).
Evaluasi model goal free evaluation, fokus pada adanya perubahan  perilaku yang terjadi sebagai dampak dari program yang diimplementasikan, melihat dampak sampingan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dan membandingkan dengan sebelum program dilakukan.Evaluasi juga membandingkan antara hasil yang dicapai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk program tersebut atau melakukan cost benefit analysis.
Model goal free evaluation merupakan titik evaluasi program, di mana objek yang dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut, tetapi langsung kepada implikasi keberadaan program apakah bermanfaat atau tidak objek tersebut atas dasar penilaian kebutuhan yang ada.
Tujuan program tidak perlu diperhatikan karena kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan terakhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak bermanfaat. [7]
Ciri-ciri evaluasi bebas tujuan yaitu:
1.    Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program.
2.    Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi.
3.    Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang direncanakan.
4.    Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat seminimal mungkin.
5.    Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tidak diramalkan.[8]
            Adapun pengaruh Suatu program dari model evaluasi bebas tujuan mempunyai tiga jenis pengaruh yaitu:

Gambar 2: pengaruh suatu program
Penjelasan skema:
 a.       Pengaruh Sampingan Yang Negatif
Yaitu pengaruh sampingan yang tidak dikehendaki oleh program. Ini seperti jika orang meminum obat atau pengobatan yang sering mempunyai efek sampingan yang tidak dikehendaki.
 b.      Pengaruh Positif Yang Ditetapkan Oleh Tujuan Program
Suatu program mempunyai tujuan yang ditetapkan oleh rencana program. Tujuan program merupakan apa yang akan dicapai atau perubahan atau pengaruh yang diharapkan dengan layanan atau perlakuan program.
  c.       Pengaruh Sampingan Positif
Yaitu pengaruh positif program diluar pengaruh positif yang ditentukan oleh tujuan program.[9]
Model Goal Free Evaluation berfokus pada hasil tanpa goal (tujuan), sementara model lain berfokus pada proses pengambilan keputusan dan menyediakan administrator kunci dengan analisis mendalam untuk membuat keputusan yang adil dan tidak bias. Fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan.[10]
Dapat disimpulkan bahwa model goal free evalution adalah model yang berfokus pada hasil tanpa tujuan objek yang dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut.

  3.       Model Evaluasi Formatif dan Sumatif
Model evaluasi formatif dan sumatif mulai dilakukan ketika kebijakan program atau proyek mulai dilaksanakan (evaluasi formatif) dan sampai akhir pelaksanaan program (evaluasi sumatif).
a.      Evaluasi Formatif
Istilah evaluasi formatif (formative evaluation) diperkenalkan oleh Michael Scriven pada tahun 1967 yang awalnya ia menggunakan istilah outcome evaluation of an intermediate stage in development of the teaching instrument yang artinya evaluasi merupakan hasil dari tahap peralihan dalam pengembangan instrumen pengajaran. The Program Evaluation Standards mendefinisikan evaluasi formatif sebagai evaluasi yang didesain dan dipakai untuk memperbaiki suatu objek, terutama ketika objek tersebut sedang dikembangkan. Sepanjang pelaksanaan kebijakan, program atau proyek dapat dilakukan sejumlah evaluasi formatif sesuai dengan kebutuhan atau kontrak kerja evaluasi.
Adapun program evaluasi formatif yang sesuai dengan kebutuhan atau kontrak kerja evaluasi yaitu:
 1.)    Untuk mengukur hasil pelaksanaan program secara periodik
 2.)    Untuk mengukur apakah klien/partisipan bergerak ke arah tujuan yang direncanakan. program atau proyek
  3.)    Untuk mengukur apakah sumber-sumber telah dipergunakan sesuai dengan rencana
  4.)     Untuk menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi penyimpangan[11]

b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program. Evaluasi ini mengukur kinerja akhir objek evaluasi. Evaluasi sumatif berupaya untuk mengukur indikator-indikator sebagai berikut:
1.)        Hasil dan pengaruh layanan atau intervensi program
2.)        Mengukur persepsi klien mengenai layanan dan intervensi program
3.)        Menentukan cost effectiveness, cost efficiency, dan cost benefit program evaluasi sumatif dilakukan dengan tujuan untuk.
4.)        Menentukan sukses keseluruhan pelaksanaan program
5.)        Menentukan apakah tujuan umum dan tujuan khusus program telah tercapai
6.)        Menentukan apakah klien mendapatkan manfaat dari program
7.)        Menentukan komponen yang mana yang paling efektif dalam program
8.)        Melakukan keluaran yang tidak diantisipasi dari program
9.)        Menetukan cost dan benefit program
10.)    Mengkomunikasikan temuan evaluasi kepada para pemangku kepentingan
11.)    Mengambil keputusan apakah, program harus dihentikan, dikembangkan, atau dilkasanakan ditempat lain.[12]
            Dapat disimpulkan bahwa model ini adalah suatu evaluasi  yang merupakan hasil dari tahap peralihan dalam pengembangan instrumen pengajaran serta mengukur kinerja akhir objek evaluasi.

  4.      Model Evaluasi Responsif
Model Evaluasi Responsif (Responsive Evaluation Model) dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert Stake. Menurut Stake, evaluasi disebut responsif jika memenuhi tiga criteria yaitu:
 a.       Lebih berorientasi secara langsung kepada aktifitas program dari pada tujuan program
 b.      Merespon kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens, dan
 c.       Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan dari program.
Menurut Stake, evaluator pendidikan harus bekerja untuk mendapatkan dukungan para pendidik yang menyajikan layanan pendidikan. Evaluator melayani berbagai jenis klien termasuk para guru, para administrator sekolah, pengembang kurikulum, pembayar pajak, para legislator, sponsor finansial dan masyarakat umumnya yang sering mempunyai perbedaan kebutuhan.[13]
Adapun proses pelaksanaan Model Evaluasi Responsif dilukiskan dengan gambar skema:

Gambar 3: Proses Model Evaluasi Responsif
Penjelasan:
 1.      Evaluator mengidentifikasi jenis dan jumlah setiap pemangku kepentingan (respondent). Jika jenisnya terlalu banyak, maka harus di ranking berdasarkan pentingnya setiap pemangku kepentingan bagi program. Evaluasi mengalami keterbatasan sumber dan waktu pelaksanaan evaluasi.
 2.      Melakukan dengar pendapat dengan pemangku kepentingan evaluator dapat mengunjungi sampel pemangku kepentingan secar langsung dan berbincang-bincang dengan mereka atau mengumpulkan mereka disuatu tempat. Dengar pendapat merupakan bagian dari penelitian pendahuluan.
 3.      Menyusun proposal evaluasi
Proposal evaluasi disusun dengan memperhatikan pendapat para pemangku kepentingan. Misalnya, pernyataan evaluasi dan jenis informasi yang akan dijaring memerhatikan kebutuhan dan harapan para pemangku kepentingan mengenai program.
 4.      Melaksanakan evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi disamping harus melakukan komunikasi dengan pimpinan dan staf program, evaluator harus juga melakukan komunikasi dengan para pemangku kepentingan.
 5.      Membahas hasil evaluasi dengan para pemangku kepentingan
Draf hasil evaluasi disamping dibahas dengan pimpinan dan staf proyek juga dibahas dengan para pemangku kepentingan. Masukan, kritik, dan saran dari mereka sebanyak mungkin harus diperhatikan. Akan tetapi, dapat terjadi para pemangku kepentingan mempunyai pendapat yang bertentangan dan tak mungkin disatukan.
 6.      Pemanfaatan hasil evaluasi
 Evaluator mendorong para pemangku kepentingan untuk menerima dan memanfaatkan hasil evaluasi.[14]
Dapat disimpulkan bahwa model ini adalah berorientasi secara langsung kepada aktivitas program dari pada tujuan program, dengan kata lain model ini lebih menekankan kepada bergerak langsung untuk menidentifikasi aktivitas program dari pada tujuan program tersebut.


  5.      Model Evaluasi Context, Input,   Process, dan Product (CIPP)
Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam pada tahun 1966, model CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu Context, Input, Process, and Product. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.[15] Stufflebeam mendefinisikan evaluasi sebagai proses melukiskan (delineating), memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif-alternatif pengambilan keputusan.
Melukiskan artinya menspesifikasi, mendefinisikan, dan menjelaskan untuk memfokuskan informasi yang diperlukan oleh para pengambil keputusan. Memperoleh artinya dengan memakai pengukuran dan statistik untuk mengumpulkan, mengorganisasi dan menganalisis informasi. Menyediakan artinya mensintensiskan informasi sehingga akan melayani dengan baik kebutuhan evaluasi para pemangku kepentingan evaluasi. Stufflebeam menyatakan model evaluasi CIPP merupakan kerangka yang komprehensif untuk mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi, dan sistem.
Model ini dikonfigurasi untuk dipakai oleh evaluator internal yang dilakukan oleh organisasi evaluator. evaluasi diri yang dilakukan oleh tim proyek, atau penyedian layanan individual yang dikontrak atau dipakai oleh evaluator eksternal.[16]
Model evaluasi ini dipakai secara meluas di seluruh dunia dan dipakai untuk mengevaluasi berbagai disiplin dan layanan misalnya pendidikan, perumahan, pengembangan masyarakat, transportasi dan system evaluasi personalia militer. Model CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi, yaitu: Evaluasi Konteks (Context Evaluation), Evaluasi Masukan (Input Evaluation), Evaluasi Proses (Process Evaluation), dan Evaluasi Produk (Product Evaluation) yang dilukiskan pada gambar dibawah ini:




Gambar 4: Model CIPP

Penjelasan:
 1.      Evaluasi Konteks
Menurut Daniel Stufflebeam Evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan: apa yang perlu dilakukan? (What needs to be done?) Evaluasi ini mengidentifikasikan dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program.[17]
 2.      Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apa yang harus dilakukan? (What should be done?) Evaluasi ini mengidentifikasi dan problem, aset, dan peluang untuk membantu para pengambil keputusan mendefinisikan tujuan, prioritasprioritas, dan membantu kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas, dan manfaat-manfaat dari program, meniali pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf, dan anggaran untuk feasibiltas dan potensi cost effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan.
 3.      Evaluasi Proses
Evaluasi proses berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: Apakah program sedang dilaksanakan? (is it being done?) Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan aktivitas dan kemudian membantu kelompok pemakai yang lebih luas menilai program dan menginterpretasikan manfaat.
 4.      Evaluasi Produk
Evaluasi produk diarahkan untuk mencari jawaban pertanyaan: Did it suceed? Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya untuk membanyu staf menjaga upaya memfokuskan pada mencapai manfaat yang penting dan akhirnya untuk membantu kelompok-kelompok pemakai lebih luas mengukur kesuksesan upaya dalam mencapai kebutuhan-kebutuhan yang ditargetkan.
Menurut Stufflebeam, Model Evaluasi Model CIPP bersifat linier. Artinya, Evaluasi Input harus didahului Evaluasi Context; Evaluasi proses harus didahului oleh Evaluasi input; sesungguhpun demikian menurut Stufflebeam dalam Model Evaluasi CIPP juga dikenal evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.[18]
Dapat disimpulkan bahwa model ini adalah menfokuskan informasi yang diperlukan oleh para pengambil keputusan dengan memakai pengukuran dan statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi berbagai disiplin dan layanan misalnya pendidikan, perumahan, pengembangan masyarakat, transportasi dan system evaluasi personalia militer.

C.           Kriteria Kebijakan Pendidikan
Menurut Dunn terdapat enam kriteria yang digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil, yaitu:
1.     Efektivitas: yaitu  fokus dari kriteria ini terletak pada pencapaian hasil. Efektivitas berkaitan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan maupun nilai moneternya.
2.     Efisiensi: yaitu berkaitan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.
3.    Kecukupan: yaitu berkaitan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah.
4.    Kesamaan: yaitu berkaitan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk kepada distribusi akibat dan usaha secara merata antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.
5.    Responsivitas: yaitu berkaitan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai masyarakat.
6.    Ketepatan: yaitu berkaitan dengan rasionalitas substantif, karena pertanyaan tentang hal ini tidak berkenaan dengan satuan criteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Kriteria ketepatan cenderung menganalisis mengenai manfaat dari suatu kebijakan terhadap kelompok sasaran. [19]

D.           Evaluasi Proses kebijakan pendidikan
Evaluasi kebijakan berarti penilaian terhadap hasil program yang telah direncanakan dan laksanakan oleh pemerintah. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa spesifikasi kriteria evaluasi itu beragam. Secara umum, proses evaluasi menurut Patton dan Sawicki yang dikembangkan pada tahun 1986 yang dikutip oleh nanang dalam bukunya Analisis Kebijakan Pendidikan adalah sebagai berikut:
 1.      Mengdentifikasi tujuan yang akan dievaluasi.
 2.      Analisis masalah yang harus ditangani oleh aktivitas kebijakan tersebut.
 3.      Deskripsi dan standarisasi dari aktivitas evaluasi.
 4.      Pengukuran tingkat perubahan yang terjadi.
 5.      Penentuan mengenai apakah perubahan itu terjadi karena aktivitas atau karena penyebab lain.
Melihat proses di atas, dalam mengidentifikasi dan analisis masalah dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan, dimana pertanyaan tersebut membutuhkan jawaban yang sesuai dengan tujuan program. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan diantaranya:
1.    Apa hakikat dari isi tujuan tersebut?
2.    Siapa target dari program tersebut?
3.    Kapan perubahan yang diinginkan itu harus muncul?
4.    Apakah tujuan itu bersifat seragam atau beragam?
5.    Seberapa besar pengaruh yang diinginkan?
6.    Bagaimana tujuan itu dapat tercapai?[20]

E.            Permasalahan dalam Evaluasi Kebijakan Pendidikan
Dalam pelaksanaan evaluasi kebijakan, tidak terlepas dari masalah-masalah yang sering terjadi pada saat pelaksanaan evaluasi ini, diantaranya:
1.    Apabila tujuan kebijakan tidak jelas, ketidakjelasan dapat disebabkan oleh adaya kompromi yang dipaksakan yang terjadi pada langkah pertama pembuatan kebijakan.
2.    Cepatnya perkembangan masyarakat. Perkembangan masyarakat ini dianggap masalah karena dapat menyulitkan evaluasi kebijakan, karena jika masalah pada masa ini diselesaikan maka sudah tidak relevan dengan masa yang akan datang yang pasti diikuti dengan masalah yang baru.
3.     Ketidakjelasan masalah. Hal ini berkaitan dengan sumber dan gejala masalah dimana beberapa pihak mengasumsikan sumber dan gejala masalah sesuai dengan pandangannya, sehingga sumber dan gejala masalah dianggap tidak jelas.
4.    Terkaitnya antara masalah satu dengan masalah lain. Sebagai contoh; sukar memisahkan antara masalah kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Sebab, pada masyarakat yang bodoh dan keterbelakangan cenderung miskin dan sebaliknya pada masyarakat yang miskin juga cenderung bodoh dan keterbelakang.
5.    Subjektifnya masalah kebijaksanaan, hal ini dapat diketahui dari berbedanya masalah menurut presepsi orang satu dengan menurut persepsi orang lain. Bahkan sesuatu yang oleh seseorang dianggap sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan, justru dinggap sebagai sesuatu yang menguntungkan dan oleh karena itu harus dipertahankan.[21]















BAB IV
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Dari penjabaran diatas maka, kami selaku pemakalah mengambil kesimpulan diantaranya:
1.    Pengertian evaluasi kebijakan pendidikan pengertian dari evaluasi kebijakan pendidikan adalah sebuah penilaian dan perbandingan yang dilakukan dengan hasil pengamatan secara terencana dan konsisten dalam tercapainya sebuah komponen kebijakan yaitu pelaku kebijakan, lingkungan kebijakan, dan kebijakan publik yang sesuai dengan ketetapan kebijakan  pemerintah dalam bidang pendidikan yang secara kuantitatif dan dapat dipertanggung jawabkan.
2.    Model- model evaluasi kebijakan pendidikan yaitu:
a.       Model Evaluasi Berbasis Tujuan,
b.      Model Evaluasi Bebas Tujuan,
c.       Model Evaluasi Formatif Dan Sumatif,
d.      Model Evaluasi Responsif,
e.       Model Evaluasi Context, Input, Process dan Product (CIPP)
3.     Kriteria Kebijakan Pendidikan menurut Dunn terdapat enam kriteria yang digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau tidak berhasil, yaitu:
a.       Efekivitas,
b.      Efisiensi,
c.       Kecukupan,
d.      Kesamaan,
e.       Responsivitas,
f.       Ketetapan.
4.    Evaluasi Proses kebijakan pendidikan haruslah dilaksanakan dengan cara:
a.       Mengdentifikasi tujuan yang akan dievaluasi,
b.      Analisis masalah yang harus ditangani oleh aktivitas kebijakan tersebut,
c.       Deskripsi dan standarisasi dari aktivitas evaluasi,
d.      Pengukuran tingkat perubahan yang terjadi,
e.       Penentuan mengenai apakah perubahan itu terjadi karena aktivitas atau karena penyebab lain.
5.    Permasalahan dalam Evaluasi Kebijakan Pendidikan yaitu:
a.       tujuan kebijakan tidak jelas,
b.      Cepatnya perkembangan masyarakat,
c.       Ketidakjelasan masalah,
d.       adanya hubungan masalah satu dengan yang lainnya yang membutuhkan pemecahan yang sama, Subjektifitas masalah.

B.     Saran
Demikian makalah ini kami perbuat dan kami sebagai penulis memohon maaf bila didalam penulisan makalah kami terdapat kesalahan dalam penulisan dan pemaparan. Kami penulis memohon kritik dan juga saran dari teman-teman sekali.


















DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muh.Firyal dan Widya Kurniati Mohi. 2018. Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi
 Beberapa Kebijakan di Indonesia. Gorontalo: Ideas Publishing.
Ananda, Rusydi danTien Rafida. 2017.Pengantar Evaluasi Program Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.
Fattah, Nanang. 2010. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
F.Y. Tayibnapis. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.
Imron, Ali. 2008. Kebijaksanaan Pendidikan Di Indonesia: Proses, Produk, dan Masa
Depannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurmawanti. 2016. Evaluasi Pendidikan Islam. Medan: Perdana Mulya Sarana.
Suharto, Edi. 2008. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengakaji Masalah dan
Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.
W. N. Dun. 2016. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gajah Mada University
 Press.
Wibawa, Samodra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.







[1]Muh.Firyal Akbar dan Widya Kurniati Mohi, Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia (Gorontalo: Ideas Publishing, 2018), h.9.
[2]Nurmawanti, Evaluasi Pendidikan Islam (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2016), h.35.
[3]Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengakaji Masalah dan Kebijakan Sosial (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 7.
[4]Samodra wibawa, Evaluasi Kebijakan Publik (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),  h. 50.
[5] Ibid., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h. 44-45.
[6]Op.cit., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h.45-46.
[7] Rusydi Ananda danTien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan (Medan: Perdana Publishing, 2017),  h.55.
[8] F.Y. Tayibnapis, Evaluasi Program ( Jakarta: Rineka Cipta.2000), h.35.
[9]Ibid., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h. 49-50.
[10]Ibid., Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, h 57.
[11]Ibid., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h. 51-53.
[12]Op.cit., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h. 54-55.
[13] Loc.cit., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h. 55-56.
[14] Loc.cit., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h. 56-58.
[15]Ibid.,Pengantar Evaluasi Program Pendidikan, h.43.
[16]Ibid., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h. 59-60.
[17] Op.cit., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h. 59-62.
[18]Loc.cit., Studi Evaluasi Kebijakan: Evaluasi Beberapa Kebijakan di Indonesia, h. 62-63.
[19]W. N. Dun, Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Yogyakarta:Gajah Mada University Press, 2016), h. 124.
[20]Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 247.
[21]Ali Imron, Kebijaksanaan Pendidikan Di Indonesia: Proses, Produk, dan Masa Depannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.94-95.

CBR Multikultural (UINSU)

Critical Book Report PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural Dosen Penga...