Translate

Wednesday, September 13, 2017

Ika nurhasanah: Studi Islam Interdisipliner


STUDI  ISLAM  INTERDISIPLINER
1.1 Latar Belakang
Islam merupakan sebuah siatem universal yang mencangkup seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam islam, segala hal yang menyangkut kebutuhan manusia, dipenuhi ecara lengkap. Semuanya diarahkan agar manusia mampu menjalani kehidupan yang lebih baik dan manusiawi sesuai dengan kodrat kemanusiaanya (Hasan al-Banna,1976:2)
Sejak kedatangan Islam pada abad ke -13 hinga saat ini fenomena pemahaman Islam Indonesia masih ditandai oleh keadaan amat variatif . Kita tidak tahu persis apakah kondisi demikian itu merupakan sesuatu yang alami yang harus diterima sebagai suatu kenyataan untuk diambil hikmahnya dan perlu diterapkan dan diberlakukan oleh paham keagamaan yang bervariatif tetapi tidak keluar dari kandungan al-qur’an dan as-sunnah.
Ketika alquran dan hadist difahami dan dijadikan sebagai objek kajian, maka muncullah penafsiran, pemahaman, dan pemikiran. Demikian juga lahirlah berbagai jenis ilmu islam yang kemudian disebut “Dirasah Islamiyyah” atau Islamic Studies. 
Untuk memahami alquran dan hadist sebagai sumber ajaran islam, maka diperlukan berbagai pendekatan metodelogi pemahanan islam yang tepat, akurat, dan responsible. Dengan demikian, diharapkan islam sebagai sebuah sistem ajaran yang bersumber pada alquran dan hadist, dapat difahamis secara komperhensif.
Dalam  makalah ini kami akan menjelaskan materi Study Islam Interdisipliner.








2.1 Pengertian Studi Islam Ineterdisipliner
            Studi Islam di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan perkataan lain ”usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupunpraktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarah.”[1]
            Studi islam adalah kajian ilmiah tentang islam. Istilah studi mengandung makna kajian ilmiah, yaitu kajiannya didasarkan kepada fakta-fakta dan data yang dianalisis secara ilmiah dengan berbagai pendekatan. Dengan kata lain, studi islam berarti menjadikan Islam sebagai objek kajian. Jadi, bukan mejadikan Islam sebagai agama dan seperangkat kepercayaan.
Lebih lanjut, Baharuddin membedakan objek kajian studi islam kepada dua objek studi. Objek pertama disebutnya dengan studi tentang  islam dan yang kedua disebebutnya dengan studi di dalam islam. Studi tentang islam adalah kajian ilmiah yang menjadikan Islam sebagai objek studi. Sedangkan studi di dalam islam adalah kajian yang menjadikan islam sebagai sumber inspirasi untuk membangun konsep-konsep dan teori-teori keilmuan dalam islam.[2]
Pengertin studi islam dilihat secara normatif sebagaimana yang terdapat di dalam alquran dan hadist, maka islam lebih merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya paradigma ilmu pengetahuan, yaitu paradigma analisis, kritis,metedologis, historis, dan empiris. Sedangkan jika dilihat segi historisnya yakni islam dalam arti yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah kehidupan manusia.[3]
            Sedangkan interdisipliner dalam kamus bahasa indonesia yaitu yang memiliki arti  Bidang studi. Sedangkan definisi yang mengenai kata interdisipliner sendiri yaitu kata disiplin.[4]
            Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa studi islam interdisipliner adalah cara pandang terhadap sebuah masalah dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan.[5]
 2.2 Pendekatan Studi Islam Interdisipiner
Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.
Contoh dalam penggunaan pendekatan interdispiner adalah dalam menjawab status hukum aborsi. Untuk melihat status hukum aborsi perlu dilacak nash Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tentang larangan pembunuhan anak dan proses atau tahap penciptaan manusia dihubungkan dengan teori embriologi.
Berikut ini secara rinci akan dikemukkan tentang pendekatan historis, pendekatan antropologis, pendekatan sosiologis, dan pendekatan holistik.
a)      Pendekatan Historis (Sejarah)
Secara Etimologis, sejarah mempunyai banyak arti: Sejarah bisa berarti cerita; suatu rekontruksi; atau jugakumpulan gejala empiris masa lampau. Secara umum, sejarah mempunyai dua pengertian yaitu sejarah dalam arti subyektif, dan sejarah dalam obyektif.
Metode sejarah melibatkan pada kronoogi pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soejorno Soekanto (1963:30), pendekatan historis mempergunakan analisa atas
peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode ini dapat dipakai misalnya, dalam mempelajarimasyarakat Islam dalam hal pengalaman, yang disebut dngan “Masyarakat Muslim” atau “Kebudayaan Muslim”.

b)     Pendekatan Antropologis
Antropologi adalah ilmu tentang manusia dan kebudayaan. Ada dua macam Antropologi, yakni Antropologi Fisik dan Antropologi Budaya.
Dalam konteksnya sebagai metodologi, Antropologi merupakan ilmu tentang masyarakat dengan bertitik tolak ukur dari unsur-unsur tradisional, mengenai aneka warna, bahasa-bahasa dan sejarah perkembangannya serta persebarannya dan mengenai dasar-dasar kebudayaan manusia dalam masyarakat.
c)      Pendekatan Sosiologis
Pada prinsipnya sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang lain.
Sosiologi menitiberatkan pada sistem sosial (masyarakat) yang kompleks, sedangkan antropologi mengutamakan masyarakat yang erat dengan hubungan kekerabatan (masyarakat sederhana). Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat, yang bersifat empiris teoritis, dan kumulatif.
Jika dituntut secara historis dalam kajian bidang keilmuan, pada awalnya ilmu sosial merupakan ilmu yang tidak berdiri sendiri. Baru pada perkembangan berikutnya, ia memisahkan diri dari pengetahuan budaya. Dalam perkembangan berkutnya yakni sekitar 50-an, lahirlah sosiologi sibemeutika yang mengemukakan teori bahwa dalam kehidupan sosial ada keteraturan.
d)     Pendekatan Holistik
Jika dianalisa, selama ini pengkajian terhadap Islam, terutama sepreti yang diberikan bagi para pelajar tingkat ibtidaiyah samapai dengan Aliyah terkesan tidak integral dan holistik. Biasanya kepada mereka diberikan pengetahuan menegenai Islamyang sifatnya parsial (sepotong-potong). Bahakan pada sebagaian kelompok atau individu muslim itu sendiri, mereka mengidentifikasikan dan mengenai islam dengan tafsir, fiqh, hadist, aqidah, akhlak, tasawuf, dan sebagainya. Hal ini berakibat pada pengetahuan mereka tentang islam hanyalah berupa kepingan atau serpihan-serpihan kecil yang nyaris berantakan, tidak sistematis dan intergral, apalagi universal.
Menurut Afif Muhammad (1997:70), Pendekatan Holostik merupakan gambaran dari beberapa metode yang dimaksudkan untuk melihat semua aspek yang terdapat daam suatu pemikiran. Cara berfikir dedukatif digunkan untuk membuat tipologi, perbandingan digunakan untuk melihat pengaruh-pengaruh, dan hermeneutika digunakan untuk mengemukakan hubungan pemikiran dengan  gejala-gejala sosial yang ada, sehingga pemahaman tentang islam akan semakin inegral dan kopherensif (abuy sodikin,2000) [6]
Dari pembahsan ringkas tentang pendekatan yang dapat digunakan dalam studi islam ada beberapa catatan. Pertama, sejumlah teori memang sudah digunakan sejak lama oleh para ilmuan klasik, meskipun teori-teori tersebut mengalami perkembangan. Kedua, ada beberapa teori yang mendapat penekanan pada beberapa dekade terakhir.[7]
2.3  Penggunaan Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam
Pendekatan interdisipliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang. Dalam studi misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis, dan normatif secara bersamaan. Misalnya, dalam mengkaji  teks agama, seperti Alqur’an dan sunnah Nabi tidak hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus.[8] Pendekatan interdisipliner meliputi :
1)      Studi Islam Lewat Pendekatan Filsafat
Filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti cinta dan kata shopos yang beraati ilmu atau hikmah secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah islam.[9]


Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:
a) Segi semantik; filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa Yunani yaitu philosophia yaitu pengetahuan hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
b) Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir. Orang yang berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
a. Ruang lingkup filsafat
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang terdiri dari gabungan ilmu-ilmu khusus[10]. Dalam perkembangan ilmu-ilmu khusus satu demi satu memisahkan diri dari induknya yakni filsafat. Ruang lingkup filsafat berdasarkan struktur pengetahuan yang berkembang dapat dibagi menjadi tiga bidang,sebagai berikut,
1. Filsafat sistematis terdiri dari:
2. Metafisika
3. Epistemologi
4. Metodologi
5. Logika
6. Etika
7. Estetika
8. Filsafat khusus terdiri dari:
a) Filasafat seni
b) Filsafat kebudayaan
c) Filsafat pendidikan
d) Filsafat bahasa
e) Filsafat sejarah
f) Filsafat budi pekerti
g) Filsafat politik
h) Filsafat agama
i) Filsafat kehidupan
j) Filsafat nilai
9. Filsafst keilmuan terdiri dari:
a) Filsafat ilmu-sssssstik
b) Filsafat psikologi
c) Filsafat ilmu-ilmu social.
Dalam studi filsafat untuk memahami secara baik paling tidak kita harus mempelajari lima bidang politik, yaitu:
a. Metafisika
b. Epistimologi
c. Logika
d. Etika
e. Sejarah filsafat.
b. Dasar Pendekatan Filsafat Islam
Filsafat ilmu merupakan cinta terhadap ilmu/hikmah dan berusaha mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah islam(berusaha menjawab dan memecahkan masalah dengan menggunakan analisis spekulatif). Studi Islam lewat pendekatan filsafat menjabarkan tentang Iblis dan kontroversi penafsiran klasik dan modern sebagai berikut:
Kontroversi penafsiran tentang iblis dalam al-Quran berawal dari rencana Tuhan untuk menciptakan dan mempersiapkan seorang khalifat di bumi. Dalam al-Qur’an suran Al-Baqoroh ayat 30-34. Kisah iblis pada surat di atas, pada awalnya menggambarkan narasi penciptaan Adam yang oleh tuhan dianggap sebagai “the only one caliph on the earth”. Amanah kekhalifahan ini rupanya kurang mendapat simpatik di kalangan malaikat karena itu mereka “memprotes” dan “menolak” kebijakan tersebut.      
Menurut Syeikh Musthafa al-Maraghi, perbedaan persepsi di kalangan ulama mengenai ayat ini berkisar pada dua hal: pertama, iblis adalah sejenis jin yang berada di tengah ribuan malaikat, berbaur dengan sifat dari sebagian sifat mereka. Kedua, iblis itu dari malaikat karena perintah sujud di sini tertuju pada malaikat karena zahir ayat yang serupa bahwa ia tergolong mereka.
Dalam wacana tafsir klasid dan modern, persoalan pertama yang muncul ketika memperbincangkan eksistensi iblis itu adalah makna sujud, yasjudu.
Terhadap kata ini semua mufasir baik klasik dan modern sependapat bahwa makna kata sujud yang dimaksud adalah sujud tahiyyat, penghormatan, bukan sujud dalam pengertian ibadah atau menghambakan diri pada Adam. At-tabari dan ar-Razi menafsirkan kata iblis pada ayat yasjudu berasal dari jenis malaikat. Mereka berpendapat demikian dengan alasan bahwa kata “istisna”, semua malaikat sujud pada Adam kecuali iblis menunjukkan makna bahwa iblis itu berasal dari jenis mereka (malaikat).[11]
c. Dasar Pendekatan Filsafat Islam
Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi,tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu adalah alquran dan hadis.
Dalam kaitan ini diperlukan pendekatan historis terhadap filsafat Islam yang tidak menekankan pada studi tokoh,tetapi yang lebih penting lagi adalah memahami proses dialektik. Filsafat Islam sendiri keberadaanya menimbulkan pro dan kontra. Sebagian yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Bagi mereka yang berpikiran tradisional kurang mau menerima filsafat.
Islam menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran filsafat,itulah yang disebut filsafat Islam bukan karena orang yang melakukan kefilsafatan itu orang muslim, tetapi dari segi obyek membahas mengenai keislaman.
Perkembangan filsafat Islam pada prinsipnya mampu bersaing dengan filsafat Barat. Dari kedua filsafat ini ditambah dengan kajian Yahudi, maka tersusunlah sejarah pembahasan teoretis filsafat Islam dengan filsafat klasik, pada pertengahan dan modern. Hubungan filsafat Yunani dengan filsfat islam adalah sebagai berikut:
1) Pemikiran filsafat Islam telah dipengaruhi oleh filsafat Yunani.
2) Para filsuf muslim mengambil sebagian besar pandanganya Aristoteles.
3) Filsuf muslim banyak mengagumi Plato dan mengikutinya pada berbagai aspek.
Hubungan filsafat Islam dengan filsafat modern ,secara khusus terdapat berbagai usaha yang ditujukan untuk menemukan hubungan antara keduanya,baik sumber maupun pengantar-pengantar filsafat modern. Batasannya yaitu terdapat pola titik persamaan dalam pandangan dan pemikiran.
Filsafat Islam juga dikatakn sebagai ilmu karena di dalamnya terkandung pertanyaan ilmiah,yaitu bagaimanakah, mengapakah, dan apakah, jawaban atas pertanyaan itu adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang selalu berulang-ulang.
2) Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat yang berlaju dalam masyrakat.
3) Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai suatu hal dijadikan pegangan.
d. Konsep Filsafat Islam
1) Konsep Ar-Razi
Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Al- Razi lahir di Rai kota dekat Teheran pada tahun 862 M. Falsafahnya terkenal dengan Lima Yang Kekal.[12]
a. Materi; merupakan apa yang ditangkap panca indra tentang benda itu
b. Ruang ; karena materi mengambil tempat.
c. Zaman: karena materi berubah-ubah keadaannya.
d. Adanya roh
e. Adanya Pencipta.
2) Konsep Al Farabi
Abu Ali Husin Ibn Sina lahir di Afsyana 980 M. di dekat Bukhara. Terkenal dengan
a. Falsafah Jiwa,
b. Falsafah Wahyu dan Nabi,
c. Falsafah Wujud.
3) Konsep Al Kindi
Ya’kub Ibn Ishaq Al Kindi berasal dari Kindah di Yaman.tahun 796 M. terkenak dengan:
a. Falsafah Ketuhanan
b. Falsafah Jiwa
2)      Studi Islam Lewat Pendekatan Sosiologi
Sosiologi diartikan sebagai suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan mayarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Sosiologi digunakan dalam pendekatan studi islam adalah untuk memahami islam dari aspek sosial yang berkembang dimasyarakat, dengan kata lain sebagai studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskakonsep pendidikan dan memecahkan problema yang dihadapinya. Pendekatan sosiologi dalam praktiknya, bukan saja mengenai masalah pendidikan tetapi bidang agama juga.
Misalnya mengenai Salah satu implikasi teologis terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dan hadist mengenai wanita. Wanita Islam dalam kontekstual adalah munculnya rasa takut dan berdosa bagi kaum wanita bila ingin “menggugat”dan menolak penafsiran atas diri mereka yang tidak hanya disubordinasikan dari kaum laki-laki, tetapi juga dilecehkan hak dan martabatnya. Akibatnya secara sosiologis mereka terpaksa menerima kenyataan-kenyataan diskriminatif bahwa lelaki serba lebih dari perempuan, terutama dalam hal-hal seperti: pertama, wanita adalah makhluk lemah karena tercipta dari tulang rusuk pria yang bengkok; kedua, wanita separuh harga laki-laki; ketiga, wanita boleh diperistri hingga empat; keempat: wanita tidak bisa menjadi pemimpin Negara.
Dalam kejadian wanitam, kata nafs pada surat An-nisa ayat 1, tidak ditafsirkan Adam, seperti anggapan mufasir tradisional, sebab konteks awal turunnya ayat ini tidak hanya bermaksud menolak atau mengklaim tradisi-tradisi jahiliyyah yang masih masih menganggap wanita sebagai makhluk yang rendah dan hina, tapi juga sekaligus mengangkat harkat dan martabat mereka, sebagaimana terlihat pada ayat sesudahnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemahaman yang sesuai dengan konteks ayat ini, maka kata nafs harus ditafsirkan dengan jenis sebagaimana dipahami para mufasir modern, bahwa baik laki-laki maupun perempuan diciptakan dengan jenis yang sama.[13]
3)      Studi Islam Pendekatan Sejarah
Sejarah merupakan ilmu yang membahas berbagai kejadian atau masalah yang terjadi dimasa lampau. Melalui pendekatan sejarah ini, ilmu pendidikan islam akan memiliki landasan sejarah yang kuat sehingga terjadi hubungan dan mata rantai yang jelas antara pendidikan yang dilaksanakan sekarng dengan pendidikan yang pernah ada dimasa lalu. Yang dimaksud pendekatan sejarah(historis) adalah meninjau suatu permsalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menganalisisnya dan menggunakan metode analisis sejarah. Melalui pendekatan sejarah ditemukan :
Sejak kedatangan Islam, umat islam tergerak hati dan pemikirannya terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Model pendidikan islam terdiri dari informal,formal,non formal.Lembaga pendidikan dibangun secara dinamis.[14]
3.1 Kesimpulan
 Pengertian Studi Islam interdisipliner adalah cara pandang terhadap sebuah masalah dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan.
Penggunaan Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Islam Pendekatan interdisipliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang. Dalam studi misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis, dan normatif secara bersamaan. Misalnya, dalam mengkaji  teks agama, seperti Alqur’an dan sunnah Nabi tidak hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus.[15] Pendekatan interdisipliner meliputi :
ð  Studi Islam Lewat Pendekatan Filsafat
ð  Studi Islam Lewat Pendekatan Sosiologi
ð  Studi Islam Pendekatan Sejarah












DAFTAR PUSTAKA
Sihombing, Buyung Ali dan Baharuddin. 2005. Metode Studi Islam. Bandung:
Citapusaka   Media Banung.
Arfa, Faisar Ananda. 2015. Metode Studi Islam Jalan Tengah Memahami Islam. Jakarta:
            PT Grafindo Persada.
Nata, abuddin. 2004. Metodelogi Studi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Supiana. 2012. Metodologi Studi Islam. Jakarta: UIN Jakarta.
https://achmadslametblog.wordpress.com/2016/02/05/bab-5-studi-islam-interdisipliner/


[1]Muhaimin,et al. Kawasan dan Wawasan dan Studi Islam, (Jakarta: Perdana Media, 2005), h.1
[2] Baharudin dan Buyung Ali Sihombing, Metode Studi Islam (Bandung: Citapusaka Media, 2005),
  h.28- 29
[3]Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004)
[5] Faisar Ananda Arifa dkk, Metode Studi Islam Jalan Tengah Memahami Islam (Jakarta: PT Raja Grapindo  Persada, 2015), h.11
[6] Supiana, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta: UIN Jakarta, 2009).
[7] Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution,MA, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2009,hlm. 232-234
[8] https://sitimy.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/  Sabtu 1 April 2017                                                        

[9] M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2006, hlm.290
[10] Op.Cit.,M. Yatimin Abdullah. hlm.292
[15] https://sitimy.wordpress.com/category/uncategorized/page/2/  Sabtu 1 April 2017                                                       

No comments:

Post a Comment

CBR Multikultural (UINSU)

Critical Book Report PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural Dosen Penga...